Rabu, 27 Juni 2012

All About Us

Manusia berencana, waktu dan kendaraan yang menentukan



Tanggal 23 Juni 2012 mungkin bisa disebut hari yang SUPER buat saya pribadi, karena berawal dari rencana saya dengan Lutfi yang ingin main ke Pekan Raya Jakarta (PRJ) akhirnya banyak temen-temen yang ikut. Kita rubah rencana dari yang awalnya hanya ke PRJ maka kita tambah juga ke kota tua juga sebelum ke PRJ.
Saya, Lutfi, Rian, Kega, Dhofa, Dhira, Dendi,  Diah, Farida dan Mae kami semua naik Comutter Line jurusan Bogor – Jakarta Kota. Kami start dari stasiun Pondok Cina, Depok.

 Awalnya kami semua rencana berangkat jam 10.00 wib tapi waktu molor sampai jam 11.30 wib. Berangkat dengan kereta yang lumayan penuh kami berangkat. Ya walau judulnya kereta AC tapi karena penuh sesak AC ga dingin. Panas, sesak dan capek yang saya rasain karena saya berdiri tak dapat tempat duduk.
Sekitar pukul 12.15 kami semua sampai di Stasiun Jakarta Kota, ya karena dari Jakarta Kota ke Kota Tua lumayan deket, kami semua jalan kaki ke Kota Tua. Walau panas yang lumayan buat keringat keluar banyak tapi ga mengahalangi kami. Ya mulailah kami berfoto-foto di kota tua dan masuk ke museum fatahillah. Karena kami pergi tepat sehari setelah HUT DKI yang ke 485 ya kota tua penuh sesak dengan pedagang-pedagang kami lima. Sekitar 2 jam setengah kami semua berjalan-jalan di kota tua kami sempatkan untuk sholat dan makan sebelum melanjutkan menuju PRJ.




Pukul 15.10 kami semua meninggalkan kota tua dan berjalan menuju Stasiun Jakarta Kota kembali. Dengan tiket seharga Rp. 6.500 kami semua menaiki kereta kembali jurusan Pasar Senen tapi kami turun di Stasiun Kemayoran. Sempat menunggu sejenak kereta pun datang, ya kami pun masuk berebut dengan penumpang lain karena takut tak dapat tempat duduk tapi ya saya yang tak dapat tempat duduk. Tak apa, yang penting para cewe-cewe duduk. Namun saya merasa ada yang tak beres dengan tujuan kereta yang kami naiki karena saya mendengar dari orang sebelah saya kalau kereta ini melewati Stasiun Manggarai. Padahal yang saya tahu kalau mau ke Stasiun Kemayoran itu harusnya melewati Stasiun Kampung Bandan tapi ini kenapa lewat Stasiun Manggarai. Akhirnya saya putuskan untuk turun sejenak dan bertanya ke petugas apakah kereta yang kami naiki melewati Stasiun Kemayoran dan petugas itu pun menjawab iya. Hmm, say masih agak ragu sih tapi saya diam saja dulu. Kereta pun berangkat dari Stasiun Jakarta Kota. Dan saya mulai curiga karena kereta mengambil arah ke  Stasiun Manggarai, benar pula firasat saya karena kami salah menaiki kereta. Saya pun panggil Lutfi dan bilang kalau kita sudah salah kereta. Ya karena sudah seperti itu saya dan Lutfi putuskan turun di Stasiun Gambir, kami rubah rencana awal. Kami semua turun di Gambir dan menuju PRJ menggunakan Bus Gratis yang ada di Kawasan Monas. Tapi kami tak mengetahui dimana letak Halte bus gratis tersebut. Kami pun bertanya pada Supir Taksi, kalau halte itu ada di jalan merdeka timur sedangkan kami semua ada di merdeka barat. Ya sudah kebayang kan berapa jauhnya dari barat ke timur di Monas. Dengan kaki yang mulai pegal kami semua berjalan menuju merdeka timur melewati Monas. Walau kaki pegal tapi kami semua masih eksis berfoto-foto..hehe. Tapi sebenernya sih saya memikirkan para cewe-cewe pasti capek, orang saya sebagai cowo aja capek gimana cewe. Melihat mereka masih bisa senyum ya membuat saya agak lega karena itu tandanya mereka masih ada semangat buat jalan kaki yang aslinya saya ga tau gimana isi hati mereka..hehe. 



Kami jalan menyusuri kawasan monas dengan sayup-sayup suara acara OVJ yang waktu itu tepat sedang berada di monas. Berjalan kira-kira sejauh 2kilometer (lebay) kami sempatkan bertanya kembali kepada SatPol PP yang sedang bertugas. Ternyata halte bus itu sudah dekat kami ada dorongan semangat karena kaki sudah terasa pegal. Akhirnya kami semua sampai di halte bus gratis menuju PRJ. Dengan bus yang sudah agak penuh, semua tempat duduk sudah terisi, kami semua duduk lesehan di lantai bus. Lumayan bus gratis ini, karena walau gratis bus ini di lengkapi dengan AC. 

Cape, panas dan pegal sempat terobati di dalam bus karena kami semua becanda. Emang dasar kota jakarta rajanya macet, kami pun terkena macet tapi tak masalah, karena kami pun tetap becanda, tak peduli dengan orang lain di sekitar kita..haha.
Perjalanan pun berlalu, tepat pukul 16.30 kami semua sampai di PRJ padahal rencana awal jam 17.00 kami pulang dari PRJ. Dengan harga tiket Senin – Jumat Rp. 20.00 dan Sabtu – Minggu Rp. 25.000 kami semua segera kumpulkan uang dan mulai antre. Ya karena kami pergi malam minggu jadi PRJ lumayan rame. Tiket pun sudah di tangan masing-masing, kami antre masuk.

Di dalam PRJ kami semua putuskan unyuk berpencar saja karena biar bebas, mau beli keperluan masing-masing. Mae,Diah dan Farida mereka pergi bertiga, sedangkan saya bersama Dhira dan Lutfi, Kega dengan Dhofa dan Dendi dengan Rian. Kami semua segera berkeliling PRJ masing-masing dan mungkin saya tak bisa bercerita. Kalau cerita dari saya sih itu si Dhira terpincut sama mba SPG yang ada di stand Samsung..hehe,

 harga Hp yang murah-murah, ada yang 100ribu bahkan 100ribu dua pun ada..haha. Sekitar 1 jam setengah kami berkeliling, saya di sms oleh Farida yang tanya saya ada dimana, saya ada di Hall D dan Farida di Hall B. Kega pun menelpon saya dan bilang kalau dia dan Dhofa sudah ada dipintu masuk tadi. Akhirnya saya sms Farida untuk kumpul saja di Pintu masuk, saya pun menuju pintu masuk. Ternyata saya, Lufti dan Dhira yang sampai duluan. Sedangkan Kega dan Dhofa yang bilang sudah ada di pintu masuk tak ada, ternyata mereka sedang sholat dulu. Saya, Dhira dan Lutfi akhirnya duduk dan menunggu teman-teman yang lain.


 Lumayan lama Farida, Diah dan Mae pun datang kemudian selang lama Kega dan Dhofa. Tinggal menunggu Dendi dan Rian. Hmm, setelah menunggu lama ternyata Dendi dan Rian sudah keluar dari pintu masuk kami awal tadi masuk. Akhirnya kami semua berkumpul lengkap dan segera menuju halte bus gratis yang ada di pintu masuk timur PRJ. Sungguh kaget saya melihat halte itu karena sudah berjubel orang menunggu bus gratis tersebut. Saya tak yakin kita semua bisa naik bus gratis itu. Dari situ saya mulai pusing karena rombongan kami ada cewe dimana cewe kan ga boleh pulang malam. Ya walau ga yakin kami semua tetap menunggu bus itu. Selang 30 menit kira-kira, bus gratis itu datang. Dan benar tebakan saya, belum sempat penumpang yang ada di dalam turun, orang yang mau naik sudah berjubel di depan pintu bus itu. Semua orang berebut masuk teman-teman pun ikut berusaha masuk tapi saya tak ikut karena buat saya cewe bisa masuk bus itu sudah bersyukur. Tapi kenyataannya kami semua tak berhasil naik bus itu. Makin pusing saya memikirkan keadaan cewe-cewe bagaimana nasibnya karena jam sudah menunjukan pukul 20.00 wib. Saya dan Lutfi saling ngobrol kalau bagaimana kita naik mikrolet menuju Senen. Tapi ternyata angkot jarang lewat, kalau pun ada pasti sudah penuh sesak. Saya pun sempat berjalan sendiri mencari taksi dan saya kembali lagi ke rombongan dengan hasil kosong. Diah sempat berbicara kepada saya kalau jangan terlalu pusing di pikirin, tapi buat saya pribadi cewe-cewe itu tanggung jawab saya karena saya yang mengajak ke PRJ. 

Jam makin menunjukkan makin malam. Rencana naik angkot saya batalkan. Mau ga mau kita harus naik taksi buat menuju Gambir. Karena di tempat halte bus itu taksi jarang kosong, kami semua putuskan untuk jalan kaki menuju selatan arah sunter. Disitu saya makin kasian sama cewe-cewe karena harus jalan lagi yang lumayan jauh. Setelah jalan jauh kami berhenti dan menunggu taksi lewat. Banyak sih taksi lewat tapi mungkin karena ada polisi yang mengatur jalan mereka tak mau berhenti. Sekalinya ada yang berhenti harga yang di tawarkan si supir selangit. Masa si supir minta 100 ribu. Akhirnya saya , Lutfi dan Dendi berusaha mencari taksi lagi. Kami bertiga jalan kembali kearah utara dan yang lain menunggu. Dengan berjalan sambil menyetop taksi-taksi yang lewat kami semua berusaha. Hampir kembali ke halte bus yang tadi, kami putuskan buat kembali lagi ke selatan. Dengan berjalan melawan arah dimana ada orang brjalan dan motor pun ada, tangan sempat kena stang motor dan kena omelan mba-mba karena tersenggol Lutfi. Akhirnya dalam kemacetan kami menemukan taksi. Sempat tawar menawar akhirnya disepakati ongkos sebesar Rp. 70.000. Dengan Lutfi yang masuk dulu untuk menuju teman-teman yang menunggu tadi. Tapi karena macet parah, saya dan Dendi berlari menuju teman-teman untuk menyusul taksi itu saja. Akhirnya, Farida, Diah, Mae, Rian dan Dendi yang di putuskan untuk naik taksi itu, sementara sisanya bebas mau bagaimana. Tersisa Saya, Dhofa, Dhira, Lutfi dan Kega kami semua berjalan lagi ke arah sunter. Rencana naik taksi lagi tapi taksi jarang lewat. Dipilihlah Bajaj sebagai kendaraan lain untuk ke gambir. Ada satu bajaj lewat dan saya stop bajaj itu. Saya sempat tawar menawar dengan supir bajaj itu dan fix ongkos jadi Rp. 25.000. Dan yang menaiki bajaj itu adalah Kega, Dhira dan Dhofa. Tersisa Saya dan Lutfi, tapi tak selang lama ada bajaj selanjutnya lewat dan saya stop lagi. Dengan ongkos Rp. 30.000 saya dan Lutfi naiki bajaj tersebut. Dasar kota jakarta, kita pun terjebak macet, tapi sopir bajaj itu mungkin bekas pembalap, cara menngendarai bajaj itu sangat super ngebut. Mobil mobil pun disalip zigzag sama bajajnya, bahkan sempat penjual nasi goreng atapnya terkena bajaj yang saya tumpangi..haha. Dengan perasaan agak deg-degan kami sampai di Stasiun Gambir. Saya agak kaget melihat muka supir bajaj itu di tempat terang karena mukanya sangar juga..hahahaha. Turun dari bajaj, saya dan Lutfi segera berlari menuju Loket untuk beli tiket kereta. Dan ternyata kereta tersisa 1 saja yang menuju depok. Dengan lari sekencang-kencangnya dan tak peduli urat kaki ketarik saya pun tetap lari. Sempat mencari dimana yang lainya tapi kita semua berkumpul lagi. Kereta pun datang, dengan nafas yang ngos-ngosan, mandi keringat kami masuk ke dalam kereta tapi sayangnya tak dapat tempat duduk. Tak peduli dengan sekeliling, kami duduk di lantai kereta. Rasa lelah, pegal kembali tak terasa karena sepanjang jalan kami semua melawak..haha. Tak terasa sudah sampai di Stasiun Pondok Cina. Demikian cerita perjalanan kami. Makasih ^_^

“mau cape, pegel or kaki patah kek..asal sama temen semua rasa itu hilang”

0 komentar:

Posting Komentar